DAFTAR ISI
Budaya Organisasi
A. Ada tiga tingkatan dalam menganalisis budaya organisasi
B. Pengertian Budaya Organisasi
C. karakteristik budaya organisasi
D. Fungsi Budaya Organisasi
E. Tipe Budaya Organisasi
F. Bagaimana Budaya Ditanamkan dalam Organisasi
G. KESIMPULAN
PENDAHULUAN
Budaya organisasi adalah satu wujud anggapan yang dimiliki, diterima secara implicit oleh kelompok dan menentukan bagaimana kelompok tersebut rasakan, pikirkan , dan bereaksi terhadap lingkungannya yang beraneka ragam. Budaya merefleksikan nilai-nilai dan keyakinan yang dimiliki oleh anggota organisasi. Nilai-nilai tersebut cenderung berlangsung dalam waktu lama dan lebih tahan terhadap perubahan.
Tujuan penerapan budaya organisasi adalah agar seluruh individu dalam perusahaan atau organisasi mematuhi dan berpedoman pada system nilai keyakinan dan norma-norma yang berlaku dalam perusahaan atau organisasi tersebut.
Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah satu wujud anggapan yang dimiliki, diterima secara implicit oleh kelompok dan menentukan bagaimana kelompok tersebut rasakan, pikirkan , dan bereaksi terhadap lingkungannya yang beraneka ragam. Budaya merefleksikan nilai-nilai dan keyakinan yang dimiliki oleh anggota organisasi. Nilai-nilai tersebut cenderung berlangsung dalam waktu lama dan lebih tahan terhadap perubahan.
Tujuan penerapan budaya organisasi adalah agar seluruh individu dalam perusahaan atau organisasi mematuhi dan berpedoman pada system nilai keyakinan dan norma-norma yang berlaku dalam perusahaan atau organisasi tersebut.
Menurut Taliziduhu Ndraha (1997:65) mengemukakan bahwa: “budaya organisasi sebagai input terdiri dari pendiri organisasi, pemilik organisasi, sumber daya manusia, pihak yang berkepentingan, dan masyarakat.
A. Ada tiga tingkatan dalam menganalisis budaya organisasi, yaitu:
1. Budaya organisasi yang tampak (observable culture)
2. Nilai-nilai yang dikontribusikan (shared values), dan
3. Asumsi-asumsi umum, seperti yang dikemukakan oleh John R.Schermerhorn, James G.Hunt, dan Richard N.Osborn (1991: 341)
Menurut Edgar H.Schein, tingkat pertama dari analisis budaya organisasi adalah fakta-fakta seni, ciptaan-ciptaan, teknologi, seni dan bentuk-bentuk perilaku yang tampak serta dapat didengar. Adapun tingkat analisis kedua adalah kesadaran terhadap nilai-nilai yang berlaku dan tingkat analisis ketiganya adalah asumsi-asumsi dasar, hubungan dengan lingkungan, kenyataan dan kebenaran, aktivitas manusia serta hubungan manusia.
B. Pengertian Budaya Organisasi
Keith Davis dan John W.Newstrom (1989:60) mengemukakan bahwa: “ organizational culture is the set of assumptions, beliefs, values, and norm that is shared among its member ”. Lebih lanjutJohn R Schermerhorn dan James G. Hunt (1991:340) mengemukakan bahwa “ organizational culture is the system of shared beliefs and values that develops within an organization and guides the behavior of its member ”. Sedangkan Edgar h.Schein (1992: 21) berpendapat bahwa: “ An organization’s culture is a pattern of basic assumptions invented, discovered or developed by a given groups as it learns to cope with is problems of external adaptation and internal integration that has worked well enough to be considered valid and to be taugh to new members as the coorect way to perceive, think and feel in relation to these problems.
Menurut Vijay Sathe: “Budaya organisasi adalah seperangkat asumsi penting yang dimiliki bersama anggota masyarakat.
Berdasarkan pendapat tadi dapat disimpulkan bahwa pengertian budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau system keyakinan, nilai-nilai dan norma-norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal.
Karakteristik dan Unsur-unsur Budaya Organisasi
Fred Luthans (1989:50) berpendapat bahwa: “organizational culture has a member of important characteristics. Some of the most readily agreed upon are the following: observed behavioral regulities, norms, dominant, values, philosophy, and organizational climate”.
Stephen P.Robbins (1992:253) mengemukakan sebagai berikut: There appear to be ten characteristic that whwn mixed and mached, expose the essence of an organizations culture: individual initiative, risk tolerance, direction, integration, management support, control, identity, reward system, conflict tolerance and communication patterns”.
Berdasarkan pendapat Fred Luthans dan Stepen P. Robbins dapat dikemukakan bahwa pelaksanaan budaya organisasi.
C. karakteristik budaya organisasi, yaitu:
1. Perilaku individu yang tampak.
2. Norma-norma yang berlaku dalam organisasi.
3. Nilai-nilai yang dominan dalam kehidupan organisasi.
4. Falsafah manajemen.
5. Peraturan-peraturan yang berlaku.
6. Iklim organisasi.
7. Inisiatif individu organisasi.
8. Toleransi terhadap resiko.
9. Pengarahan pimpinan/manajemen.
10. Integrasi kerja.
11. Dukungan manajemen.
12. Pengawasan kerja.
13. Identitas individu organisasi.
14. Sistem penghargaan terhadap prestasi kerja.
15. Toleransi terhadap konflik, dan
16. Pola komunikasi kerja.
Menurut Susanto, unsur-unsur budaya organisasi adalah: lingkungan usaha, nilai-nilai, kepahlawanan, upacara, dan jaringan cultural. Menurut Daniel R.Denison, unsure-unsur budaya organisasi, adalah: asumsi dasar, seperangkat nilai dan keyakinan yang dianut, pemimpin, pedoman mengatasi masalah, berbagai nilai pewarisan, acuan perilaku, citra dan brand yang khas, dan adaptasi.
Menurut Philiph Selnick, unsure-unsur budaya organisasi adalah: kumpulan orang, kerjasama, tujuan bersama, system koordinasi, pembagian tugas dan tanggungjawab, dan sumber daya organisasi. Sedangkan menurut Edgar H.Schein, unsure-unsur budaya organisasi adalah: Ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, modal, humum, adat-istiadat, perilaku/kebiasaan masyarakat, asumsi dasar, system nilai, pembelajaran, dan masalah adaptasi eksternal dan internal.
D.Fungsi Budaya Organisasi
Sebuah budaya organisasi memenuhi beberapa fungsi, yaitu:
1. Memberikan identitas organisasi kepada karyawan. Sebagai contoh adalah mempromosikan inovasi yang memburu pengembangan produk baru. Identitas ini didukung dengan mengadakan penghargaan yang mendorong inovasi.
2. Memudahkan komitmen kolektif. Dimana para karyawan bangga menjadi bagian dari organisasi.
3. Mempromosikan stabilitas system social. Stabilitas system social mencerminkan taraf dimana lingkungan kerja dirasakan positif dan mendukung, dan konflik serta perubahan diatur dengan efektif. Organisasi juga berusaha meningkatkan stabilitas melalui budaya promosi dari dalam.
Menurut John R.Schemerhorn dan James G.Hunt (1991:344) bahwa: “The culture of an organization can help it deal with problems of both external adaption and internal integration”.
E. Tipe Budaya Organisasi
Terdapat tiga tipe umum budaya organisasi, yaitu: konstruktif, pasif-defensif, dan agresif-defensif. Setiap tipe berhubungan dengan seperangkat keyakinan normative yang berbeda.
Keyakinan normative mencerminkan pemikiran dan keyakinan individual mengenai bagaimana anggota dari sebuah kelompok atau organisasi tertentu diharapkan menjalankan tugasnya dan berinteraksi dengan orang lain.
Pasif-defensif adalah keyakinan yang berciri memungkinkan karyawan berinteraksi dengan karyawan lainnya dengan cara yang tidak mengancam keamanan kerjanya sendiri.
Budaya agresif-defensif mendorong karyawannya untuk mengerjakan tugasnya dengan keras untuk melindungi keamanan kerja dan status mereka. Tipe budaya ini bercirikan keyakinan normative yang berhubungan dengan persetujuan, konvensional, ketergantungan dan penghindaran.
F. Bagaimana Budaya Ditanamkan dalam Organisasi
Edgar Schein, sarjana perilaku organisasi yang terkenal mengatakan bahwa menanamkan sebuah budaya melibatkan proses belajar. Anggota organisasi mengajarkan satu sama lainnya mengenai nilai-nilai, keyakinan, pengharapan, dan perilaku yang dipilih organisasi, dengan menggunakan satu atau lebih mekanisme berikut:
1. Pernyataan filosofi formal, misi, visi, nilai, dan material organisasi yang digunakan untuk rekruitmen, seleksi, dan sosialisasi.
2. Desain secara ruangan fisik, lingkungan kerja, dan bangunan. Mempertimbangkan penggunaan alternative baru desain tempat kerja yang disebut dengan ‘hoteling’.
3. Slogan, bahasa, akronim, dan perkataan.
4. Pembentukan peranan secara hati-hati.
5. Penghargaan eksplisit, symbol status, dan criteria promosi.
6. Cerita, mitos, legenda suatu peristiwa dan orang-orang penting.
7. Aktifitas, proses, atau hasil organisasi yang juga diperhatikan, diukur, dan dikendalikan pimpinan.
8. Reaksi pimpinan terhadap insiden yang kritis dan krisis organisasi.
9. Struktur organisasi dan aliran kerja.
10. Sistem danprosedur organisasi.
11. Tujuan organisasi dan criteria gabungan yang digunakan untuk rekruitmen, seleksi, pengembangan, promosi, pemberhentian, dan pengunduran diri karyawan.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut:
1. Budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau system keyakinan, nilai-nilai dan norma-norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal.
2. Karakteristik budaya organisasi, yaitu: 1. Perilaku individu yang tampak.2. Norma-norma yang berlaku dalam organisasi.3. Nilai-nilai yang dominan dalam kehidupan organisasi.4. Falsafah manajemen.5. Peraturan-peraturan yang berlaku. 6. Iklim organisasi. 7. Inisiatif individu organisasi. 8. Toleransi terhadap resiko. 9. Pengarahan pimpinan/manajemen. 10. Integrasi kerja. 11. Dukungan manajemen. 12. Pengawasan kerja. 13. Identitas individu organisasi. 14. Sistem penghargaan terhadap prestasi kerja. 15. Toleransi terhadap konflik, dan 16. Pola komunikasi kerja.
3. Fungsi budaya organisasi, yaitu:
1. Memberikan identitas organisasi kepada karyawan.
2. Memudahkan komitmen kolektif.
3. Mempromosikan stabilitas system social.
4.Terdapat tiga tipe umum budaya organisasi, yaitu: konstruktif, pasif-defensif, dan agresif-
defensif. Setiap tipe berhubungan dengan seperangkat keyakinan normative yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Aa Anwar P M. Perilaku dan Budaya Organisasi. 2008. Bandung. PT Refika Aditama
Manahan M Tampubolon. Manajemen Operasional. 2004. Jakarta. Ghalia Indonesia
R Kreiner, A Kinick. Perilaku Organisasi. 2000. Jakarta. Penerbit Salemba Empat
Yayat M Herujito. Dasar-dasar manajemen. 2001. Jakarta. Grasindo
Senin, 21 Februari 2011
Sabtu, 19 Februari 2011
analisa font ebrima, eras light ITC dan new cordia
New Cordia
Bagian dari Cordia Baru Keluarga (4 font)
Cordia ™ Baru Reguler adalah font Thailand dirancang oleh Persatuan Kemajuan dan ditawarkan di bawah lisensi dari Microsoft. The Font Cordia New Reguler termasuk kode Thailand halaman 874 dan 1 set karakter Latin. Anda harus terbiasa dengan penggunaan font Thailand dan font multibahasa sebelum membeli Cordia Baru.
Kata kunci: Cordia New Font Reguler, Thailand, codepage 874, Persatuan Kemajuan, Microsoft, Font, Download, TrueType, True Type, PC, Windows, Mac, Macintosh, Tipe, jenis huruf
SKU: CRD01-01-80-05
ID Produk: 11082
Informasi Cordia Font Baru
Versi: 5,01
Nama Keluarga: Cordia Baru
Berat: 400
Glyphs: 362
Tetap Pitch: Tidak
Pengkodean Simbol: Tidak
Embedded bitmaps: Tidak
Penciptaan Tanggal: 1995/07/26
Modifikasi Tanggal: 2007/12/11
Unicode Ranges: Latin Dasar
Latin-1 Tambahan
Thai
Tanda Baca Umum
Kode Halaman: 1 1252 Latin
874 Thailand
Mengisyaratkan: 0-6 merapikan
7-29 mengisyaratkan
30 + mengisyaratkan dan merapikan
ITC font Eras
adalah karya desainer Perancis Albert Boton dan Albert Hollenstein. Ini adalah jenis huruf sans serif khas dibedakan oleh pandangan ke depan sedikit tidak biasa dan variasi halus dalam berat stroke. ITC Eras adalah jenis huruf terbuka dan lapang terinspirasi oleh kedua huruf Yunani singkat batu-potong serta ibukota Romawi.
Tipografi Prancis cenderung memiliki kepribadian yang kuat. Anda tidak akan menemukan merendahkan diri, desain fungsi-over-bentuk seperti Helvetica atau Century buku sekolah di antara mereka. Sebaliknya, jenis Prancis biasanya menghadapi hidup yang menambah kilauan ke blok menyalin teks atau judul tampilan.
ITC Eras tidak terkecuali dengan tradisi Galia. Dirancang melalui kolaborasi dari dua desainer Perancis, Albert Boton dan Albert Hollenstein, ITC Eras memiliki pesona, perbedaan, dan kualitas hidup yang jarang terlihat di tipografi sans serif. Its menyapu stroke dan kurva senyawa berhutang lebih luas warisan berujung sikat dari pena yang berkuasa.
Kebanyakan sans serifs optik monoton berat, membuat mereka sulit untuk membaca di blok panjang menyalin teks. ITC Eras mempertahankan optik bahkan stroke berat seperti sans serif lain, tetapi mengatasi kecenderungan sans serif untuk blandness melalui ketegangan yang dinamis yang diciptakan oleh miring 2 derajat desain itu - hampir, tapi tidak cukup, miring. Desain muncul spontan, seperti skenario tertulis.
ITC Eras tidak geometris atau tepatnya terstruktur dalam desain, sebaliknya, proporsi yang mencerminkan jenis Romawi. Itu karena ITC Eras sebenarnya mulai hidup sebagai jenis huruf yang lain. Pada akhir 1950-an, Boton dan Hollenstein berkolaborasi pada desain tipe yang akhirnya menjadi wajah yang disebut Basilea. Basilea adalah typestyle Romawi tradisional, dengan serif kecil dan proporsi prasasti epigrafi awal. Jika serif dikeluarkan dari Basilea, desain yang dihasilkan tampak sangat mirip dengan ITC Eras.
Beberapa saat setelah Basilea dirilis, Hollenstein melihat sketsa awal untuk desain dan mendorong Boton untuk mengembangkan versi serifless. Wajah selesai pada akhir 1960-an dan digunakan terutama sebagai tampilan muka untuk Studio Hollenstein, phototypesetting Albert Hollenstein dan perusahaan desain.
Pada awal 1970-an, Aaron Burns, pendiri ITC (dan kemudian, Presiden)
melihat Eras dan segera diambil dengan wajah. Dia mendorong Boton dan Hollenstein untuk memperbesar karakter terbatas melengkapi dan menciptakan beban tambahan untuk desain. ITC Eras keluarga dirilis pada tahun 1976.
Jika Anda memerlukan jenis huruf eye-catching yang akan menciptakan tampilan serta menyampaikan pesan dibaca, ITC Eras adalah tempat yang sangat baik untuk memulai. Orang pemberitahuan jenis ini. ITC Eras mudah dibaca di blok menyalin teks, dan dapat menjadi pilihan yang sangat baik untuk brosur, iklan, poster, menu dan desain paket. Karena topi di ITC Eras berpola setelah surat Roma monumental, mereka juga membuat inisial yang sangat baik.
Salah satu desain awal ITC, ITC Eras telah menjadi klasik khas dan berguna.
Ebrima
Ebrima dirancang untuk mendukung sejumlah besar bahasa Afrika. Font berisi karakter untuk Nko, Tifinagh, Vai dan skrip Osmanya menulis. Karakter Latin dalam huruf ini termasuk tanda aksen tambahan dan karakter yang digunakan dalam bahasa di seluruh Afrika.
Langganan:
Postingan (Atom)